,

Diet Kantong Plastik Turunkan Limbah Hingga 80 Persen

JAKARTA (HN) -Kampanye diet kantong plastik yang dilakukan di 23 kabupaten/kota di Indonesia dinilai berhasil menurunkan penggunaan limbah plastik rumah tangga. Hasil evaluasi program diet kantong plastik menunjukan volume penggunaan kantong plastik turun 25 hingga 80 persen di 23 kota/kabupaten.

“Bahkan di Banjarmasin penurunan mencapai 80 persen, padahal program ini masih dalam tahap uji coba,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (B3), Tuti Hedrawati Mintarsih di Jakarta, Kamis (28/4).

Saat ini, kata dia, Indonesia tercatat negara kedua penyumbang terbesar sampah plastik ke laut. Ini berdampak pada 100 ribu hewan laut yang mati per tahun. Bahkan Indonesia menghabiskan 200 ribu plastik per menit, padahal sampah plastik membutuhkan waktu 500 hingga 1.000 tahun untuk bisa terurai.

Dengan tingginya jumlah sampah plastik di laut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) khawatir yang terjadi sampah plastik lebih banyak dibanding ikan. “Saat ini hampir semua pantai di Indonesia sudah tercemar sampah plastic. Karenanya KLHK mendorong gerakan diet kantong plastik,” ujarnya.

Dia menyatakan prihatin tiap kali ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), gunungan sampah kian menumpuk karena bertambahnya sampah plastik. Karenanya saat ini masyarakat tengah diarahkan untuk lebih memanfaatkan tas belanja dibanding kantong plastik dan menerapkan program kantong plastik berbayar.

Program kantong plastik berbayar, kata dia, bagian dari volunteer paid principle. “Bukan berarti tempat belanja seperti swalayan menjadi penjual kantong plastik, namun sebenarnya ini langkah mengedukasi masyarakat,” ujarnya.

Ia menilai Banjarmasin dapat mencapai hasil sebaik itu lantaran pemda dan retail setempat proaktif kerja sama dengan KLHK sehingga kampanye dan program diet kantong plastik efektif di kota itu.

Selain Banjarmasin, Balikpapan juga termasuk dari 23 kota tersebut. Kendari kota dengan persentase terendah.
Di Banjarmasin, selain menjalankan kampanye diet kantong plastik, pemda setempat mengarahkan warganya menggunakan kembali tas Purun, tas anyaman tradisional khas Banjar.

Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan KLHK Ujang Solichin mengatakan, penggunaan Purun dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan setempat apabila benar-benar digunakan sebagai pengganti kantong plastik. “Berarti pengrajin akan memproduksi tas lebih banyak lagi sehingga membangkitkan ekonomi,” tuturnya.

Tuti mengakui, edukasi terkait program ini memang masih kurang. Karena KLHK tidak bisa menjangkau seluruh daerah, diperlukan kerja sama dengan wali kota dan bupati. Kerja sama KLHK bukan hanya dengan pemda, swasta juga diberi kesempatan mengkampanyekan program diet kantong sampah melalui program CSR.

Kendati program diet kantong plastik masih dalam tahap ujicoba hingga Juni mendatang, kata dia, KLHK masih terus menyusun peraturan terkait progam ini. KLHK juga tengah bersiap mengeluarkan edaran kepada pengusaha gabungan makanan dan minuman dalam membuat packaging. Diharapkan produsen dapat membuat kemasan yang ramah lingkungan. Contohnya, kemasan tetra pack.

Edaran tersebut mencakup persoalan food-wasting. Tempat-tempat seperti hotel dan restoran yang rentan membuang sisa makanan layak konsumsi akan diarahkan agar mengalokasikan sisa makanan layak konsumsi kepada pihak yang membutuhkan dibanding langsung memusnahkan.

Reportase : Chrisina Ambarrita
Editor : Admin

Artikel di atas dapat dibaca di sini

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).