,

Kantong Plastik Berbayar, Begini Cara Warga Tangerang Berbelanja

Liputan6.com, Tangerang – Pemberlakuan kantong plastik berbayar disambut beragam di Tangerang, Banten. Beberapa warga yang tidak mengetahui adanya kebijakan ini, mengeluh dan memilih untuk tidak membeli plastik.

Di pusat perbelanjaan Hypermart Supermal Karawaci, beberapa pengunjungnya hanya memindahkan barang belanjaannya ke troli belanjaan. Seperti yang dilakukan Sofia, perempuan yang berbelanja bahan-bahan sembilan bahan pokok (sembako) untuk keperluan rumahnya selama 1 bulan.

“Sekarang kalau pakai plastik bayar Rp 200, makanya daripada bayar mending enggak usah pakai. Jadi nanti di mobil tinggal dipindahkan saja,” ungkap Sofia, Senin (22/2/2016).

Berbeda dengan Wati, pengunjung lainnya yang terpaksa membeli kantong plastik agar tidak repot saat membawa belanjaannya dengan menggunakan motor.

“Memang ditawari untuk membeli tas belanja, harganya Rp 11 ribuan. Sedangkan kantong plastik Rp 200, ya udah saya pilih plastik saja,” kata dia.

Namun, saat memasuk-masukkan barang belanjaan, petugas yang membantu memasukan barang belanjaannya ke kantong plastik, ditumpuk semua.

“Misalnya ini, saya beli detergen sama mangga. Biasanya pas gratis itu dipisah jadi 2 plastik, ini disatukan. Itu karena saya mintanya hanya beli 1 kantong plastik saja,” kata Wati.

Wati mengaku, masih kaget dengan pemberlakuan peraturan pemerintah ini. Meski demikian, ke depannya banyak dampak positif yang akan terjadi dengan penerapan plastik berbayar ini.

“Hitung-hitung berperan dalam menyelamatkan lingkungan,” ujar dia.

Sementara di Tangerang Selatan (Tangsel) Wali Kota Airin Rachmi Diany juga mengajak masyarakat setempat untuk mencintai lingkungan melalui program “Diet Plastik”. Program itu untuk mengurangi penggunaan kantong plastik ketika belanja di mini market atau supermarket.

“Ketika belanja warga harus bawa kantong plastik sendiri daripada harus bayar Rp 200 tiap kantong,” kata Airin.

Terlebih di Tangsel sendiri dikenal sebagai kota yang banyak sekali pusat perbelanjaannya. Sehingga, sudah saatnya mengubah pola pikir masyarakat yang awalnya berhambur-hambur kantong plastik setiap pulang berbelanja, kini lebih harus lebih hemat. “Pelan-pelan pasti bisa,” kata Airin.

 

Artikel di atas dapat dibaca di Liputan 6 

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).