,

Kurangi Sampah Plastik, Harga Kantong Plastik Harus Mahal

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Penetapan kantong plastik berbayar di mini market, yang akan diterapkan pada 21 Februari 2016 mendatang menuai pro dan kontra dari masyarakat. Satu di antara masyarakat yang menolak kebijakan tersebut adalah Astri.

Ia mengatakan jika cara mengurangi penggunaan kantong sampah dengan aturan seperti itu, tidak efektif.

Astri pesimis pemberlakuan kantong plastik berbayar di mini market tidak mampu menyadarkan masyarakat untuk mengurangi konsumsi sampah plastik.

“Bagi orang yang tingkat ekonominya menengah ke atas, mereka tidak mau ribet dengan peraturan tersebut. Mereka tidak segan merogoh koceknya untuk membeli kantong plastik, artinya cara tersebut tidak efektif dan saya tidak setuju,” tegas wanita karir tersebut.

Astri mengimbuhkan bahwa sosialisasi yang dikemas dengan menarik serta humanis, lebih ampuh untuk menyentuh kesadaran masyarakat dalam mengurangi penggunaan kantong plastik sehari-hari.

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Rama. Pria yang mengaku setiap hari menyempatkan mampir ke mini market untuk membeli keperluan harian, mengaku jika pembelian kantong plastik harus dibandrol dengan harga yang tinggi.

“Bukan hanya mengumumkan kalau kantong plastik berbayar, kalau bayar hanya Rp 500 atau Rp 1 ribu saja, nggak akan berdampak apapun. Harus sekalian dibuat mahal, misalkan Rp 5 ribu atau Rp 10 ribu,” terang karyawan swasta tersebut kepada Tribun Jogja, Minggu (7/2/2016).

Sementara itu, Emma sebagai mahasiswa menyetujui rencana pemberlakukan kantong plastik berbayar di mini market. Hal tersebut dapat mengurangi sampah plastik karena masyarakat akan kembali berpikir untuk mengeluarkan uang lebih demi mendapatkan kantong plastik.

“Hal tersebut, secara berkelanjutan, bisa menekan pemakaian kantong plastik. otomatis akan mengurangi global warming. Kalau aku menyikapi hal tersebut bisa dengan membawa tas sendiri dari rumah yang bisa menggantikan peran kantong plastik dan bisa menampung barang belanjaan dari mini market tersebut,” pungkasnya. (tribunjogja.com)

 

Artikel ini diperoleh dari Tribun Jogja yang dapat dibaca di sini

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).