,

Program Plastik Berbayar Segera Dimulai, Berapa Harganya?

TEMPO.COJakarta – Program plastik berbayar akan mulai berlaku pada 21 Februari 2016 mendatang untuk mengurangi sampah. Saat itu, toko-toko retail modern tak lagi akan menyediakan kantong plastik secara gratis tapi menjualnya.

Berapa harga yang harus dibayar konsumen? Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tuti Hendrawati Mintarsih menyatakan saat ini memang belum ada penetapan harga dari pemerintah. “Ini masih dibicarakan dengan peretail,” ujarnya, Senin, 1 Februari 2016.

Menurut Tuti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengusulkan harga yang dikenakan Rp 500 per kantong plastik. Sejumlah Rp 200 dikembalikan kepada konsumen yang mengembalikan “keresek” kepada peretail, sedangkan Rp 300 digunakan peretail untuk kegiatan lingkungan bersama pemerintah daerah.

Bagaimanapun juga, Tuti menyadari bahwa harga kantong plastik bisa jadi berbeda di tiap daerah. Sejauh ini, menurut pantauannya, harga per lembar kantong plastik dengan ukuran dan daerah berbeda berkisar antara Rp 500-Rp 5.000 per lembar. “Jadi fleksibel saja, sesuai dengan kesepakatan dari daerah dan peretail itu sendiri.

Tuti menyebutkan kebijakan plastik berbayar sudah diterapkan di sejumlah negara, seperti Hongkong dan Inggris. Di Hong Kong, masyarakat yang berbelanja dan menggunakan kantong plastik harus membayar 50 sen. Upaya tersebut disebutnya bisa menurunkan konsumsi plastik sampai 73 persen.

Sedangkan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey menyatakan, untuk membeli kantong plastik, konsumen kemungkinan dikenai harga antara Rp 1-5 ribu per lembar tergantung ukuran dan daerahnya. “Harga kantong plastik akan dijual lebih mahal karena bahannya disesuaikan agar ramah lingkungan,” ucapnya.

Selain itu, kebanyakan toko modern menjual kantong belanja dari bahan kain seharga US$ 1 atau sekitar Rp 14 ribu. “Ini bisa dipakai berkali-kali,” ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sekitar 9,8 miliar lembar kantong plastik digunakan oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, hampir 95 persen kantong plastik menjadi sampah yang sulit terurai secara alami.

PINGIT ARIA

 

Artikel ini diambil dari Tempo yang dapat dibaca di sini

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).