,

Tas Plastik Berbayar Seharga Rp 200 Dinilai Belum Bisa Berdampak

Jakarta – Beberapa warga DKI yang ditemui detikcom setuju atas kebijakan tas plastik berbayar kala belanja di supermarket. Namun charge Rp 200 per tas plastik dinilai belum terlalu bisa berdampak.

“Mendukung dan seharusnya jangan Rp 100-200. Kalau Rp 5.000 pasti berefek pada mereka. Orang nggak bakal peduli kalau cuma Rp200,” demikian pendapat Yusuf (35), warga Mampang Prapatan yang ditemui detikcom usai berbelanja di Giant Ekspres Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Minggu (21/2/2016).

Meski saat ini Giant Ekspres masih menggratiskan tas plastik, Yusuf mengaku tetap akan membelinya bila harganya masih Rp 200.

“Kalau cuma Rp 200 nggak bakal mengubah kebiasaan. Kalau saya sendiri tetep beli. Kalau sempat bawa (tas belanja sendiri). Kalau hanya Rp 200 kita ambil praktisnya. Paling kan bayar plastik cuma 1-3 kalau belanja,” tuturnya.

Senada dengan Yusuf, Rian (28) dan Rizki (28)  mengatakan bila tas plastik ‘hanya’ dibanderol Rp 200, mereka tak berkeberatan membelinya.

“Kalau cuma Rp200 mending beli lah, kalau nyampah, nyampah sekalian aja. Itu pun kalau cuma Rp200,” tutur Rian.

Ditimpali rekannya, Rizki, mengaku selama ini bila nongkrong di convenience store jarang minta tas plastik. Ke depan, mereka akan membiasakan membawa tas sendiri.

Di tempat yang sama, Rini (30) dan Tiara (30) yang ditemui detikcom di 7-Eleven di kawasan Mampang Prapatan mengaku kemungkinan akan tetap membeli tas plastik itu bila harganya masuk akal.

“Tergantung harganya. Reasonable nggak? Ya mau nggak mau harus bayar. Kalau setuju atau nggak, ya nggak setuju, biasanya kan gratis,” tutur Rini.

Adanya tas plastik berbayar Rp200 tak serta merta mengubah kebiasaan berbelanjanya. Namun, kalau mereka berbelanja dalam jumlah banyak, mungkin akan membawa tas belanja sendiri.

Meski demikian, Rini dan Tiara sadar bahwa kebijakan ini membuat orang-orang sadar akan lingkingan.

“Kita dukung, bagus, soalnya kan (tas plastik) mencemari lingkungan,” jelas Tiara.

Sedangkan Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengatakan sesuai dengan kesepakatan dengan Kementerian Lingkungan Hidup, tas plastik berbayar ditetapkan Rp 200 per tas plastik segala ukuran. Charge ini karena pemerintah masih menerapkan sosialisasi.

“Saat ini menentukan harga Rp 200 bukan mencari untung, kenapa Rp200 karena sosialisasi pada masyarakat. Rp 200 adalah tidak di atas harga produksi. Kantong plastik sendiri ada yang kecil-sedang-besar,” tuturnya.

Ke depan, konsumen diharapkan membawa tas belanja sendiri. Peritel juga diharapkan kreatif menyediakan tas belanja yang bukan tas plastik.

“Nanti kantong belanja punya bahannya berbeda seperti Superindo yang harganya Rp 6.900, bukan tas plastik yang Rp 200 itu lho ya. Masing-masing peritel menciptakan kantong belanja yang menarik, nggak ribet bawa belanja dalam jangka waktu lama,” tutur Solihin.
(nwk/fdn)

 

Artikel di atas diambil dari Detik News yang dapat dibaca di sini

Bagikan

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza has led Diet Plastik Indonesia, and co-founded it, since 2013. She feels grateful that the environmental law knowledge she learned in college can be used to make changes. In her spare time, Tiza enjoys making doll houses out of cardboard for her children and doing water sports. Tiza is an alumna of the Faculty of Law, University of Indonesia (2002) and Harvard Law School (2010).

Tiza Mafira

Executive DirEctor

Tiza memimpin Dietplastik Indonesa, dan turut mendirikannya, sejak 2013. Ia merasa bersyukur ilmu hukum lingkungan yang dipelajarinya ketika kuliah dapat digunakan untuk membuat perubahan. Pada waktu senggang, Tiza senang membuat rumah boneka dari kardus untuk anak-anaknya dan melakukan olahraga air. Tiza adalah alumna Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2002) dan Harvard Law School (2010).